mengkhianati doanya sendiri

Doa merupakan rangkaian ibadah yang tidak terpisahkan di dalam Islam, bahkan Rasulullah saw menyebutnya dengan sumsum ibadah. Setiap orang yang berdoa pasti ingin agar doanya terkabul, apalagi Allah swt telah menjamin dikabulkannya doa seseorang manakala mereka memenuhi ketentuan-Nya berdasarkan keimanan sebagaimana firman-Nya: Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran (QS Al Baqarah [2]:186).

Dari ayat di atas kita mendapat kesan bahwa bila doa belum dikabulkan bukan karena Allah swt tidak mau mengabulkannya, tapi karena manusia itu yang mengkhianati doanya sendiri, hal ini karena antara apa yang diminta dengan sikap dan tingkah lakunya tidak sejalan, hal inilah yang penting untuk kita renungi.

1.  Minta Rizki Tapi Tidak Mau Usaha.



Mendapatkan rizki yang halal dan banyak merupakan sesuatu yang selalu diminta oleh setiap muslim dalam doanya. Namun yang amat disayangkan, banyak manusia yang tidak mau berusaha, mereka menunggu bantuan orang lain, mengemis bahkan mencuri, korupsi dan sejenisnya. Ini namanya mengkhianati doa sendiri. Padahal, apa yang dibutuhkan manusia sudah disediakan oleh Allah swt, kita tinggal mengambilnya melalui usaha dan kerja keras.



Khalifah Umar bin Khattab ra pernah mengusir orang dari masjid karena ia begitu lama berdoa sejak subuh hingga waktu dhuha dan menunggu apa yang dimintanya terkabul tanpa mau berusaha. Karena itu, setiap kita harus berusaha semaksimal mungkin dengan cara yang halal dan hal ini memang amat ditekankan di dalam Islam, bahkan kalau perlu menjelajah ke berbagai penjuru bumi untuk mendapatkannya, Allah swt berfirman:Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan (QS Al Mulk [67]:15).



Bila seseorang mau berusaha mencari nafkah secara halal, meskipun dengan kerja keras, maka ia tergolong orang yang mulia dengan keutamaan yang sangat besar, Rasulullah bersabda:

إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ الْمُحْتَرِفَ، وَمَنْ كَدَّ عَلَىعِيَالِهِ كَانَ كَاالْمُجَاهِدِ فِىسَبِيْلِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ.

Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang berkarya dan trampil. Barangsiapa yang bersusah payah mencari nafkah untuk keluarganya, maka dia serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah azza wa jalla (HR. Ahmad).

Dalam konteks inilah, Rasulullah saw memuliakan orang yang bekerja keras untuk mendapatkan sesuatu yang halal sehingga Rasulullah saw tidak segan-segan untuk mencium tangan sahabat Sa’ad bin Muadz yang kasar disebabkan kerja kerasnya.



2.  Minta Ilmu Tapi Tidak Mau Belajar.



Setiap orang membutuhkan ilmu, dengan ilmu kita menjadi tahu apa yang semula kita tidak tahu, dapat beramal tentang apa yang harus kita amalkan dan meraih sesuatu dengan kemudahan. Begitu penting ilmu untuk kita miliki sehingga kitapun berdoa agar diberik ilmu yang luas dan bermanfaat. Namun yang amat disayangkan adalah doa minta ilmu tidak dilanjutkan dengan belajar. Hanya sedikit orang yang duduk di majelis ilmu, hanya sedikit orang yang membaca buku, bahkan kita bisa mengevaluasi diri kita sendiri berapa banyak yang sudah kita pahami dan berapa banyak lagi yang kita masih awam.



Karena itu, ketika kita menginginkan kehidupan yang baik di dunia maupun di akhirat,menjadikeharusan bagi kita untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya dan mesti keluar dari rumah guna memperoleh ilmu yang harus dicari, meskipun ilmu bisa kita dapatkan di dalam rumah kita sendiri.Karena itu, perjalanan manusia mencari ilmu merupakan perjalanan yang amat mulia, yakni termasuk dalam katagori perjalanan di jalan Allah swt sebagaimana orang yang berperang di jalan-Nya, Rasulullah saw bersabda:

مَنْ خَرَجَ فِى طَلَبِ الْعِلْمِ فَهُوَ فِى سَبِيْلِ اللهِ حَتَّى يَرْجِعَ

Barangsiapa keluar dari rumahnya dalam rangka menuntut ilmu, maka ia berada di jalan Allah sampai ia kembali (HR. Bukhari dan Muslim).

Perjalanan menuntut ilmu merupakan perjalanan yang tidak berujung, karenanya harus ditempuh oleh setiap muslim sepanjang perjalanan hidupnya hingga mencapai kematian, ini berarti, tidak ada alasan bagi kita untuk bermalas-malasan dalam mencari ilmu.

3.  Minta Sehat Tapi Melakukan Yang Berpenyakit.



Banyak orang yang mendambakan jasmani yang sehat, karenanya bila terjadi sakit, orang berusaha mengobati penyakit meskipun harus pergi ke tempat yang jauh dan mengeluarkan biaya yang besar. Dalam kaitan ini pula manusia berdoa agar terhindar dari penyakit dan meraih kesehatan. Namun, sayangnya banyak orang yang lupa sehingga tidak sejalan antara doa dengan amalnya, berdoa minta sehat tapi yang dilakukannyan justeru mendatangkan penyakit, lihatlah orang yang merokok, makan berlebihan, tidur terlalu banyak dan sebagainya, bukankah hal itu justeru mendatangkan penyakit?

Oleh karena itu, Islam sebagai agama yang sempurna mengajarkan agar setiap orang yang beriman mensyukuri semua nikmat yang telah dikaruniakan Allah swt kepadanya, termasuk di dalamnya nikmat kesehatan jasmani, caranya adalah, Pertama, menjaga kesehatan dan memelihara jasmani dengan sebaik-baiknya agar tidak sampai terserang penyakit. Kedua, mempergunakan jiwa dan raga kita sebagai amanat dari Allah swt dalam bentuk pengabdian kepada-Nya. Itu sebabnya Rasulullah saw mengingatkan hal yang banyak dilupakan manusia dalam satu haditsnya:

نِعْمَتَانِ مَغْبُوْنٌ فِيْهِمَا كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

Dua nikmat yang terlupakan pada banyak manusia, yaitu sehat dan waktu luang (HR. Bukhari).

Meskipun demikian, bila kondisi sakit terjadi pada kita, menjadi keharusan bagi kita untuk mensikapi dan menghadapinya dengan baik seperti berdoa agar sembuh, sabar, berobat kepada orang yang ahli dan melaksanakan petunjuk-petunjuk ahli kesehatan agar penyakit sembuh dan berpenyakit lagi. Sikap yang  baik dalam menghadapi kondisi sakit membuat kita akan mendapatkan nilai keutamaan yang besar, Rasulullah saw bersabda:
مَامِنْ مُسْلِمٍ يُشَاكُ بِشَوْكَةٍ فَمَافَوْقَهَا إِلاَّكَتَبَ اللهُ لَهُ بِهَاحَسَنَةً وَحَطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيْئَةً.

Tiada seorang muslim tertusuk duri atau yang lebih dari itu, kecuali Allah mencatat baginya kebaikan dan menghapus darinya dosa (HR. Bukhari)

4.  Minta Petunjuk Tapi Tidak Belajar Agama.

Sering kali kita berdoa memohon petunjuk kepada Allah swt. Seharusnya doa itu ditindaklanjuti dengan upaya mendapatkan petunjuk itu, salah satunya adalah dengan mempelajari ajaran Islam yang datang dari Allah swt.  Islam merupakan agama yang sangat menekankan kepada pemeluknya untuk memiliki wawasan yang luas tentang Islam, beberapa hal membuktikan ini. Pertama, Menuntut Ilmu Merupakan Perkara Yang Diwajibkan, apalagi ilmu tentang Islam, Rasulullah saw bersabda:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

Menuntut Ilmu wajib atas tiap muslim (HR Ibnu Majah).

Kedua, Manusia Tidak Boleh Beramal Berdasarkan Ikut-Ikutan, tapi harus berdasar pemahaman karena ada pertanggungjawabannya dihadapan Allah swt, sebagaimana firman-Nya: Dan janganlah kamu melakukan sesuatu yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati akan diminati pertanggungjawabannya (QS Al Isra [17]:36).

Ketiga, Keutamaan Ilmu Sangat Besar, baik mencari apalagi mengajarkan dan mengamalkannya, diantara keutamaan ilmu dan mengajarkannya adalah dimudahkannya seseorang untuk masuk ke dalam surga, Rasulullah saw bersabda:
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ بِهِ طَرِيْقًا اِلَى الْجَنَّةِ

Barangsiapa merintis jalan mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga (HR. Muslim).

Bahkan menuntut ilmu dan mengajarkannya lebih baik daripada shalat sunat seratus rekaat, Rasulullah saw bersabda:
يَا أَبَا ذَرٍّ  َلأَنْ تَغْدُو فَتُعَلِّمَ آيَةً مِنْ كِتَابِ اللهِ خَيْرٌلَكَ مِنْ أَنْ تُصَلِّى مِائَةَ رَكْعَةٍ

Wahai Abu Dzar, kamu pergi mengajarkan ayat dari kitabullah lebih baik bagimu daripada shalat sunat seratus rekaat (HR. Ibnu Majah).



Dengan demikian, setiap kita tidak boleh hanya meminta kepada Allah swt tanpa berusaha meraihnya.



Sumber : Drs. H. Ahmad Yani

Comments